KEI SHIN KAN KARATE DO-INDONESIA
Sumpah
Karate
1.
Sanggup memelihara Kepribadian
2.
Sanggup Patuh pada Kejujuran
3.
Sanggup mempertinggi Prestasi
4.
Sanggup menjaga Sopan santun
5.
Sanggup Menguasai diri
Janji Karate
1.Selalu
rendah hati dan hormat terhadap sesama manusia
2. Sopan
santun
3. Jujur
4. Disiplin
5. Bisa
menguasai diri
SEJARAH
KARATE KEI SHIN KAN DAN PERKEMBANGAN KEI SHIN KAN
Okinawa adalah daratan yang terbesar
di antara kepulauan Ryukyu yang terbentang dari Jepang sampai Taiwan, luasnya
kira-kira 460 mil terletak kira-kira 300 mil ke Selatan KAN INDONESIA dari
Ujung Selatan daratan utama, 300 nautical mil Utara Taiwan dan 400 nautical mil
sebelah Timur Cina. Disini arus panas dari Laut Kuning, Laut Cina Timur dan
Pasifik bertemu. Di pulau Okinawa inilah pertama kali lahir apa yang kemudian
disebut KARATE.
Pada abad XV Okinawa mengalami
pembauran kebudayaan dengan negara-negara Asia dan Te berkembang juga menyerap
aspek-aspek seni yang cocok dari beberapa Negara termasuk Cina, sehingga timbul
dugaan bahwa Karate berasal dari daratan Cina. Sesungguhnya ada perbedaan
antara Te dengan seni beladiri Cina yang dilukiskan baik dalam bentuk puisi
maupun sejarah seni
beladiri.
Di daerah Okinawa terkenal beladiri
yang disebut Shuri-Te. Naha-Te dan Tomari-Te, tetapi di luar Okinawa
orang-orang Jepang menyebutnya dengan Okinawa-Te. Di daerah Shuri terkenal
dengan tokohnya Ankoh Yasutsune Itosu yang melatih sejumlah karateka-karateka
istimewa yang diantaranya adalah Kensu Yabu, Chomo Nagasino, Gichin Funakoshi ,
Chotoku Kyan, Kenwa Mabuni, Shinpan Gusukma, Moden Yabiku, Chosin Chibana,
Kiyatake dan Kanken Tiyama.
Kanken Toyama pernah menjadi
instruktur pembantu terbaik selama bertahun-tahun, disamping itu pernah belajar
pada tokoh Naha-Te Higaonna Kanryo dan Chosin Chibana ahli Kobujutsu dari
Shuri.
Di daerah Shuri inilah mula-mula
terlihat adanya bentuk beladiri KATA atau keserasian jurus-jurus yang cepat ,
kuat dan lincah. Ciri-ciri inilah yang selanjutnya menjadi dasar gerakan KEI
SHIN KAN .
Di daerah Naha bentuk KATA atau
keserasian jurus-jurus yang dimiliki berbeda, yaitu kokoh dan berakar. Di
daerah ini terkenal dengan tokohnya yang bernama Higaonna Kanryo. Ia mempunyai
murid istimewa bernama Choyun Miyagi. Di daerah
Tomari terkenal dengan tokohnya yang bernama Whichi. Bentuk latihannya tidak
jauh berbeda dengan gaya Shuri tetapi semu pengikutnya menyebut dengan gaya
Whichi-Ryu.
Berhubung tiap bagian tertutup bagi
bagian yang lain , maka Karate mengalami perkembangan dalam bentuk yang
berbeda-beda. Tokoh dari Shuri-Te yaitu Ankoh Yasutsune Itosu dan tokoh dari
Naha-Te Higaonna Kanryo memiliki keyakinan pada ajaran-ajaran lama yang mengatakan
bahwa banyak cara untuk melakukan Karate-do dan untuk mencapai puncak seni
keberanian / keperkasaan ini, keduanya tidak membentuk gaya / aliran meskipun
puncak mereka berbeda dalam banyak aspek. Suatu lagu rakyat Okinawa mengatakan
: Walau kita mengambil jalan-jalan yang berbeda unutk mencapai gunung kayu,
masing-masing dari kita mencapai tujuan dan menghargai / menyanjung bulan bila
kita sampai ke puncak.
Lagu tersebut mempunyai arti, kita dapat mencapai tujuan yang sama dalam mempelajari apapun yang kita pilih. Tujuannya tidaklah membedakan antara gaya-gaya dalam filosofi / filsafat yang mendalam., tetapi mereka mengambil sesuatu yang umum.
Lagu tersebut mempunyai arti, kita dapat mencapai tujuan yang sama dalam mempelajari apapun yang kita pilih. Tujuannya tidaklah membedakan antara gaya-gaya dalam filosofi / filsafat yang mendalam., tetapi mereka mengambil sesuatu yang umum.
Salah seorang tokoh Ankoh Yasutsune
Itosu dari Shuri yag terkenal dalam sejarah perkaratean yang juga tidak membuat
gaya / aliran tersendiri adalah Kanken Toyama yang lahir di Shuri Okinawa tahun
1888 dan meninggal dunia pada tahun 1966. Kanken Toyama dating ke daerah Miguro
Tokyo untuk memberiikan latihan secara umum. Karatenya diberi nama Shodokan,
Shodokan bukanlah sebuah aliran tetapi hanya sebuah nama alamat. Alasan dia
tidak membuat gaya / aliran tersendiri adalah bahwa di dalam Karate
perkembangannya tidak terbatas. Seni beladiri itu adalah seseuatu yang hidup
dan berkembang serta merupakan proses pembinaan yang tidak pernah berakhir.
Gaya / aliran itu sangat terikat dengan pendiri masing-masing atau sekolah
sekolah, sehinggan membatasi perkembangan seni beladiri Karate dan dapat
merugikan pengikut seni keberanian / keperkasaan ini.
Semua KATA yang dipertandingkan di
dunia berasal dari 3 daerah Okinawa tersebut yaitu Shuri-Te, Naha-Te dan
Tomari-Te. Setelah meninggalnya para penemu Karate tersebut, murid-muridnya
sebagian mendirikan aliran Karate dan memodifikasi jenis KATA untuk kepentingan
perguruannya. Akhirnya bentuk ciri-ciri iniah yang menjadi kiblat dunia
perkaratean sekarang.
Kita patut merenungi pemikiran Tei
Junsoku, seorang sarjana kenamaan di Okinawa yang lahir tahun 1663 dan sering
disebut Nago Oyakata pernah membuat sajak ketika ia melihat pertunjukan
tradisional Okinawa-Te yang disebut TOTE . Ia menulis sajak yang menyebutkn
bahwa dalam kehidupan manusia, Te sangatlah berguna.
Bagaimanapun juga, kamu bolah
melebihi atau mengungguli seni TE dan berusaha keras untuk mempelajarinya ,
tetapi yang lebih penting dari semu itu adalah kelakuanmu dan perikemanusiaan
sebagai pandangan dalam kehidupan sehari-hari.
Di antara murid-murid Kanken Toyama
yang paling menonjol dan memiliki keistimewaan adalah MASANAO TAKA ZAWA yang
mana orangtuanya adalah teman dekat Kanken Toyama. Masanao Takazawa berlatih
Karate hingga mencapai tingkatan DAN IX Hanshi Karate, Judo DAN VI, Kendo DAN
V, Aikido V, Iaido DAN V, serta Kodachi.
Kemudian MASANAO TAKAZAWA mendirikan
perguruan Karate KEI SHIN KAN. Kei Shin Kan bukanlah suatu gaya / aliran,
tetapi merupakan nama sebuah tempat latihan di depan stasiun kereta api di
Takashima Daira-Tokyo, dilantai IV dan hingga sekarang digunakan sebagai pusat
latihan International KEI SHIN KAN Karate Association. Adapun nama Kei SHIN KAN
mempunyai arti tersendiri, yaitu :
·
KEI berarti kerendahan hati ,
·
SHIN berarti hati dan Jiwa,
·
KAN berarti balai / tempat latihan (
tempat mencari kesempurnaan hidup melalui Karate )
KEI SHIN KAN mengajarkan untuk menghormati diri , menghormati orang lain yang
patut dihormati dan membantu
membentuk keyakinan dalam kesanggupan membela diri serta menghindari kekerasan ( bukan berarti
takut dan menghindarkan diri dari perkelahian melawan kejahatan ) .
Sejarah KEI SHIN KAN telah
berlangsung selama setengah abad lamanya di Negara asalnya dan telah menyebar
ke berbagai Negara yang jauh termasuk Indonesia. KEI SHIN KAN di Indonesia
didirikan oleh JOHN ANGKAWIDJAJA pada tanggal 27 April 1974, dimana sebelumnya
beliau pernah belajar Karate di Jepang.
Kemajuan dan perkembangan KEI SHIN
KAN di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perjuangan Sensei JOHN
ANGKAWIDJAJA yang sangat mencintai beladiri karate. Untuk meningkatkan kualitas
serta kemajuan teknik Karate KEI SHIN KAN di Indonesia, beliau sering
mendatangkan pelatih dari Jepang serta mengirim karateka-karateka berprestasi
ke luar negeri.
Tahun 1974, beliau mendatangkan KAZUYUKI UEMATSU DAN
IV , awal tahun 1975 KISAKU UCHIDA DAN VII. Pada tanggal 15 September 1975 KEI
SHIN KAN KARATE-DO INDONESIA menyelenggarakan pertandingan terbuka tingkat
International di Jakarta yang diikuti oleh 6 (enam) Negara sahabat dan anggota
FORKI, yang dihadiri pula oleh pimpinan tertinggi International KEI SHIN KAN
Karate Association dari Jepang yaitu Shihan MASANAO TAKAZAWA DAN IX dengan
beberapa muridnya yang juga ambil bagian dalam pertandingan International
tersebut. Di antaranya TOSHITAKA KOIKE DAN V, YASUO SUZUKI DAN IV, HIROSHI GEMA
DAN III, dan MASASHI ISHI DAN III.
YASUO SUZUKI pernah tinggal di
Jakarta tahun 1975-1977 dan merupakan kebanggaan tersendiri bagi perguruan KEI
SHIN KAN KARATE-DO INDONESIA karena pada saat itu merupakan satu-satunya
perguruan Karate yang mampu menyelenggarakan pertandingan bertaraf
International.
Pertandingan bertaraf Internasional
berikutnya berlangsung di Semarang pada tanggal 14-16 Juli 1995 yang mana
dihadiri oleh Negara Jepang, Singapura dan 10 Pengda Kei Shin Kan Karate-Do
Indonesia. Hadir dalam pertandingan tersebut, President International Kei Shin
Kan Karate Association Shihan MASANAO TAKAZAWA DAN IX beserta istri, Sensei
EIICHI YAMAZAKI DAN VIII yang merupakan Kepala Pelatih JKF ITABASHI sekaligus
Kepala Pelatih International Kei Shin Kan Karate Association-Tokyo beserta
istri dan dua orang muridnya yaitu NAKAMURA TSUNEO dan MASAHIKO ONIWA yang juga
ambil bagian dalam pertandingan tersebut serta 10 orang Karateka senior dan
yuior dari Singapura yang dipimpin oleh Sensei JAKSON TAN DAN V , MICHAEL WONG,
FRANCIS YAUW dan CHEN LAI YONG.
Shihan BAMBANG DEWANTORO (Alm) DAN
VII sebagai pengganti Sensei JOHN ANGKAWIDJAJA yang telah menetap di Amerika
sejak tahun 1978, mengikuti langkah-langkah yang telah ditempuh pendahulunya
memperdalam Karate di Jepang, dan setiap tahun mengikuti kegiatan International
Kei Shin Kan Karate Association serta mendatangkan pelatih-pelatih dari luar
negeri seperti Sensei TAN SONG YONG DAN IV dari Singapura pada tahun 1979 dan
Sensei JAKSON TAN DAN V pada tahunb 1981. Kepala Pelatih Singapura, tahun 1983
Sensei KISAKU UCHIDA DAN VII dari Australia, tahun 1986 Sensei EIIICHI YAMAZAKI
DAN VII, Sensei SADAO UENO DAN V, Sensei HIROSHI IJIMA DAN V dari Jepang.
Setiap tahunnya mengirim karateka-katateka berprestasi ke Jepang untuk
mengikuti latihan dan pertandingan serta berhasil membawa nama Karateka
Indonesia ( JOKO PRAKOSO ) meraih Juara ke II Komite Perorangan Yunior dan
Juara II KATA Perorangan Yunior pada Kejuaraan International 5 Agustus 1990 di
NAGANO Jepang. Karateka KEI SHIN KAN Indonesia yang pernah meraih porestasi
Internasional adalah Bambang Dewantoro, Denny Bestaret dan Rusdy Hanto
Darmawan. Dari Jakarta Kei Shin Kan Karte telah menyebar ke 13 Propinsi di
Indonesia dan sejalan dengan perkembangannya.
Tanggal 3 Desember 2005 adalah hari
kelabu bagi perguruan KEI SHIN KAN Karate-Do Indonesia dimana KEI SHIN KAN
Karate-Do Indonesia telah kehilangan seorang putra terbaiknya yang merupakan
figure yang mana semasa hidupnya selalu mendedikasikan dan selalu memikirkan
kemajuan serta perkembangan KEI SHI KAN Karate-Do Indonesia, pada itu Shihan
Bambang Dewantoro meningggal dunia di Semarang. Selamat Jalan Shihan, kami
tetap mendoakan dan mengingat jasamu.Setelah Shihan Bambang Dewantoro
meninggal, maka Grand Master MASANAO TAKAZAWA selaku President International
KEI SHIN KAN Karate Association menunjuk Sensei Rusdy Hanto Darmawan DAN
V sebagai Kepala Pelatih Pusat KEI SHIN KAN Karate-Do Indonesia untuk
melanjutkan dan mengembangkan seni beladiri karate khususnya KEI SHIN KAN
Karate-Do Indonesia untuk masa bakti 2005-2009 dipimpin oleh Leonard Mamahit
DAN II, dimana sibawah kepemimpinan beliau akan diselenggarakan Kejuaraan
Nasional III pada tanggal 9 dan 10 Desember 2006. Selain itu untuk meningkatkan
keberadaan Kei Shin Kan Karate-Do Indonesia dan untuk regenerasi ke depan serta
seseuai dengan visi, misi dan motto, maka pada kesempatan Kejurnas III ini juga
akan diadakan Ujian Kenaikan Tingkat Sabuk Hitam Nasional KEI SHIN KAN
Karate-Do Indonesia pada tanggal 7 dan 8 Desember 2006.
👍bagus infonya
BalasHapus