Sabtu, 02 Januari 2016

Farmasi Fisika "Penentuan kerapatan dan Obat Jenis"



PENENTUAN KERAPATAN DAN BOBOT JENIS

OLEH :
AEP SAEPUDIN  D1A140881

 

LABORATURIUM FARFIS JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Setiap zat yang ada di muka bumi ini memiliki karakteristik 6 tersendiri. Karakter-karakter tersebut berbeda dari segi fisik maupun segi kimia. Sifat fisik adalah sifat zat yang dapat diamati secara langsung, misalnya cairan, padat atau gas, serta sifat yang dapat diukur seperti massa, volume, warna dan sebagainya. Sifat kimia meliputi sifat zat yang tidak dapat diamati secara langsung, misalnya kelarutan zat, kerapatan dan lain- lain. Keadaan bahan secara keseluruhan dapat di bagi menjadi zat gas, fluida, dan padat. Zat padat cenderung mempertahankan bentuknya sementara fluida tidak mempertahankan bentuknya dan gas mengembang menempati semua ruangan tanpa memperdulikan bentuknya. Fluida termasuk materi yang mengalir yang digunakan dalam hubungan antara cairan dengan gas. Teori fluida sangat kompleks, sehingga penelusurannya dimulai dari yang paling dasar yakni dalam penentuan kerapatan dan bobot jenis. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa karakteristik suatu zat berbeda satu dengan yang lain. Demikian pula dengan kerapatan, yang juga merupakan suatu sifat zat, berbeda untuk setiap zat. Sebagai contoh minyak dan air ketika dicampur tercipta 2 fasa karena kerapatannya berbeda. Selain itu peristiwa mengapung, melayang dan tenggelam, merupakan kejadian lazim kita lihat yang dipengaruhi oleh perbandingan bobot jenis zat-zat tersebut. Untuk mengetahui cara mengukur bobot jenis dan kerapatan pada beberapa sampel.
Di bidang farmasi, selain bobot jenis digunakan untuk mengetahui kekentalan suatu zat cair juga digunakan untuk mengetahui kemurnian suatu zat dengan menghitung berat jenisnya kemudian dibandingkan dengan teori yang ada, jika berat jenisnya mendekati maka dapat dikatakan zat tersebut memiliki kemurnian yang tinggi. Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui hal tersebut dengan menggunakan piknometer, maka dilakukanlah percobaan penentuan kerapatan dan bobot jenis ini
BAB II
PRINSIP DAN TUJUAN
2.1 Prinsip Percobaan
v   
2.2 Tujuan Percobaan
v  Menentukan kerapatan bermacam-macam Zat.
v  Menentukan Bobot jenis bermacam-macam Zat.



BAB III
DASAR TEORI

Kerapatan merupakan besaran turunan karena menyangkut satuan massa dan volume pada temperature dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (g/cm3). Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis merupakan bilangan murni tanpa dimensi yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang sesuai. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 4oC atau temperature lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan dalam pembacaan bobot jenis 25oC/25oC, 25oC/4oC, dan 4oC/4oC. Angka yang pertama menunjukkan temperature udara di mana zat ditimbang. Angka di bawah garis miring menunjukkan temperature air yang dipakai. (Martin, 1990).
Bobot jenis suatu zat didefinisikan sebagai perbandingan bobot zat terhadap air dengan volume yang sama ditimbang di udara pada suhu yang sama. (Anonim,1979. hal 767). Penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan dan kecuali dinyatakan lein didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 25oC zat terbentuk padat tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi dan mengacu pada air pada suhu 25oC. bilangan bobot jenis merupakan bilangan perbandingan tanpa dimensi yang mengacu pada bobot jeniss air pada 4oC (=1000 g.m-1). (Anonim, 1995).
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu (Lachman, 1994) :
  1. Bobot jenis sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan  tertutup.
  1. Bobot jenis nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup.
  1. Bobot jenis efektif
Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup. Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksan  konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi. (Lachman, 1994)
Bila kerapatan benda lebih besar dari kerapatan air, maka benda tersebut akan tenggelam dalam air. Bila kerapatannya lebih kecil, maka benda akan mengapung. Benda yang mengapung, bagian volume sebuah benda yang tercelup dalam cairan manapun sama dengan rasio kerapatan benda-benda terhadap kerapatan cairan. Rasio kerapatan air dinamakan berat jenis zat itu.
Menurut British Standard 2955 (1958) bahwa kerapatan partikel terbagi atas tiga yaitu :
1.      Kerapatan partikel sejati
adalah ketika volume diukur tidak termasuk baik terbuka dan tertutup pori-pori dan merupakan property fundamental dari suatu material.
2.      Kerapatan partikel jelas
adalah ketika volume diukur meliputi intraparticulate pori-pori.
3.      Kerapatan partikel yang efektif
adalah volume “dilihat” oleh fluida bergerak melewati partikel. Itu sangat penting dalam proses seperti sedimensi atau fluidisation tetapi jarang di gunakan dalam bentuk sediaan padat. (Mark Gibson, 2001)



BAB IV
METODE KERJA

4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat yang di gunakan
·         Piktometer
·         Pipet
·         Gelas Ukur
4.1.2 Bahan yang di gunakan
·         Parafin
·         Asam Salisilat
·         Asetosal
4.2 Cara Kerja
·         Timbang Piknometer kosong (W1).
·         Masukan pelarut kedalam Piknometer yang tidak melarutkan Zat          Pakai Parafin Liquid timbang berat paraffin.
·         Ambil 2 – 3 mili Parafin dari piknometer tempatkan ke tabung reaksi.
·         Timbang 1 – 1,5 gram.
·         Masukan sampel kedalam Piknometer.
·         Tambahkan Parafin sampai dengan penuh.
·         Timbang berat semua nya.




BAB V
HASIL PERCOBAAN
5.1 Data Hasil pengamatan
1. Asam Salisilat
·         Bobot Piknometer kosong I = 16,085
Volume Piknometer kosong I = 25 mlln
·         Berat Sampel Asam Salisilat = 1,5 gram
·         Berat Piknometer + Parafin Liquid  Penuh = 38,316
Bobot Parafin + Piknometer + Asam Salisilat = 39,037
2. Acetosal
·         Bobot Piknometer kosong I = 16,078
Volume Piknometer kosong I = 25 mlln
·         Berat Sampel Acetosal = 1,5 gram
·         Berat Piknometer + Parafin Liquid  Penuh = 38,410
Bobot Parafin + Piknometer + Acetosal = 39,018
5.2 Hasil Perhitungan
1. Asam Salisilat
·         ρ = 38,316 - 16,085 = 22.231g
                25
        = 0,88924
·        
Gram  ml-1
Kerapatan Zat pekat = V.ρ Parafin Liquid    
   ( b – d + x + a )
                                             =                1,5 . 0,88924
                                                ( 22.231 - 39,037 + 1,5 + 16,085 )
                                             =  1,33386
   0,779
                                             =  1,7123 gram  ml-1
2. Acetosal
·         ρ = 38,410 - 16,078 = 22.332g
                25
        = 0,89328
·        
Gram  ml-1
Kerapatan Zat pekat = V.ρ Parafin Liquid    
   ( b – d + x + a )
                                             =                1,5 . 0,89328
                                                ( 22.332 - 39,018 + 1,5 + 16,085 )
                                             =  1,33992
   0,899
                                             =  1,490 gram  ml-1


                       





BAB VI
KESIMPULAN



DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar