“ PENENTUAN KERAPATAN DAN BOBOT
JENIS ”
OLEH :
AEP SAEPUDIN “ D1A140881 “
LABORATURIUM FARFIS JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS
AL-GHIFARI
BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Setiap
zat yang ada di muka bumi ini memiliki karakteristik 6 tersendiri.
Karakter-karakter tersebut berbeda dari segi fisik maupun segi kimia. Sifat
fisik adalah sifat zat yang dapat diamati secara langsung, misalnya cairan,
padat atau gas, serta sifat yang dapat diukur seperti massa, volume, warna dan
sebagainya. Sifat kimia meliputi sifat zat yang tidak dapat diamati secara
langsung, misalnya kelarutan zat, kerapatan dan lain- lain. Keadaan bahan
secara keseluruhan dapat di bagi menjadi zat gas, fluida, dan padat. Zat padat
cenderung mempertahankan bentuknya sementara fluida tidak mempertahankan
bentuknya dan gas mengembang menempati semua ruangan tanpa memperdulikan
bentuknya. Fluida termasuk materi yang mengalir yang digunakan dalam hubungan
antara cairan dengan gas. Teori fluida sangat kompleks, sehingga penelusurannya
dimulai dari yang paling dasar yakni dalam penentuan kerapatan dan bobot jenis.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa karakteristik suatu zat berbeda
satu dengan yang lain. Demikian pula dengan kerapatan, yang juga merupakan
suatu sifat zat, berbeda untuk setiap zat. Sebagai contoh minyak dan air ketika
dicampur tercipta 2 fasa karena kerapatannya berbeda. Selain itu peristiwa
mengapung, melayang dan tenggelam, merupakan kejadian lazim kita lihat yang
dipengaruhi oleh perbandingan bobot jenis zat-zat tersebut. Untuk mengetahui
cara mengukur bobot jenis dan kerapatan pada beberapa sampel.
Di
bidang farmasi, selain bobot jenis digunakan untuk mengetahui kekentalan suatu
zat cair juga digunakan untuk mengetahui kemurnian suatu zat dengan menghitung
berat jenisnya kemudian dibandingkan dengan teori yang ada, jika berat jenisnya
mendekati maka dapat dikatakan zat tersebut memiliki kemurnian yang tinggi.
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui hal tersebut dengan
menggunakan piknometer, maka dilakukanlah percobaan penentuan kerapatan dan
bobot jenis ini
BAB
II
PRINSIP
DAN TUJUAN
2.1 Prinsip Percobaan
v
2.2 Tujuan Percobaan
v Menentukan
kerapatan bermacam-macam Zat.
v Menentukan
Bobot jenis bermacam-macam Zat.
BAB III
DASAR TEORI
Kerapatan
merupakan besaran turunan karena menyangkut satuan massa dan volume pada
temperature dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram
per sentimeter kubik (g/cm3). Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis
merupakan bilangan murni tanpa dimensi yang dapat diubah menjadi kerapatan
dengan menggunakan rumus yang sesuai. Bobot jenis untuk penggunaan praktis
lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap
massa sejumlah volume air pada suhu 4oC atau temperature lain yang
tertentu. Notasi berikut sering ditemukan dalam pembacaan bobot jenis 25oC/25oC,
25oC/4oC, dan 4oC/4oC. Angka yang pertama
menunjukkan temperature udara di mana zat ditimbang. Angka di bawah garis
miring menunjukkan temperature air yang dipakai. (Martin, 1990).
Bobot
jenis suatu zat didefinisikan sebagai perbandingan bobot zat terhadap air
dengan volume yang sama ditimbang di udara pada suhu yang sama. (Anonim,1979.
hal 767). Penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan dan kecuali
dinyatakan lein didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang
telah ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada
suhu 25oC zat terbentuk padat tetapkan bobot jenis pada suhu yang
telah tertera pada masing-masing monografi dan mengacu pada air pada suhu 25oC.
bilangan bobot jenis merupakan bilangan perbandingan tanpa dimensi yang mengacu
pada bobot jeniss air pada 4oC (=1000 g.m-1). (Anonim,
1995).
Pengujian bobot jenis dilakukan
untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu (Lachman, 1994) :
- Bobot jenis sejati
Massa partikel dibagi volume
partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan tertutup.
- Bobot jenis nyata
Massa partikel dibagi volume
partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka, tetapi termasuk pori yang
tertutup.
- Bobot jenis efektif
Massa parikel dibagi volume partikel
termausk pori yang tebuka dan tertutup. Seperti titik lebur, titik didih atau
indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat.
Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksan konsentrasi dan kemurniaan
senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi. (Lachman, 1994)
Bila kerapatan benda lebih besar dari kerapatan air, maka
benda tersebut akan tenggelam dalam air. Bila kerapatannya lebih kecil, maka
benda akan mengapung. Benda yang mengapung, bagian volume sebuah benda yang
tercelup dalam cairan manapun sama dengan rasio kerapatan benda-benda terhadap
kerapatan cairan. Rasio kerapatan air dinamakan berat jenis zat itu.
Menurut British Standard 2955 (1958)
bahwa kerapatan partikel terbagi atas tiga yaitu :
1. Kerapatan partikel sejati
adalah
ketika volume diukur tidak termasuk baik terbuka dan tertutup pori-pori dan
merupakan property fundamental dari suatu material.
2. Kerapatan partikel jelas
adalah
ketika volume diukur meliputi intraparticulate pori-pori.
3. Kerapatan partikel yang efektif
adalah
volume “dilihat” oleh fluida bergerak melewati partikel. Itu sangat penting
dalam proses seperti sedimensi atau fluidisation tetapi jarang di gunakan dalam
bentuk sediaan padat. (Mark Gibson, 2001)
BAB IV
METODE KERJA
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat yang di gunakan
·
Piktometer
·
Pipet
·
Gelas
Ukur
4.1.2 Bahan yang di gunakan
·
Parafin
·
Asam
Salisilat
·
Asetosal
4.2 Cara Kerja
·
Timbang
Piknometer kosong (W1).
·
Masukan pelarut
kedalam Piknometer yang tidak melarutkan Zat Pakai Parafin Liquid timbang berat
paraffin.
·
Ambil
2 – 3 mili Parafin dari piknometer tempatkan ke tabung reaksi.
·
Timbang
1 – 1,5 gram.
·
Masukan
sampel kedalam Piknometer.
·
Tambahkan
Parafin sampai dengan penuh.
·
Timbang
berat semua nya.
BAB V
HASIL PERCOBAAN
1. Asam Salisilat
·
Bobot Piknometer kosong I = 16,085
Volume Piknometer kosong I = 25
mlln
·
Berat Sampel Asam Salisilat = 1,5 gram
·
Berat Piknometer + Parafin Liquid Penuh = 38,316
Bobot Parafin + Piknometer + Asam
Salisilat = 39,037
2. Acetosal
·
Bobot Piknometer kosong I = 16,078
Volume Piknometer kosong I = 25
mlln
·
Berat Sampel Acetosal = 1,5 gram
·
Berat Piknometer + Parafin Liquid Penuh = 38,410
Bobot Parafin + Piknometer +
Acetosal = 39,018
5.2 Hasil Perhitungan
1. Asam Salisilat
·
ρ
= 38,316 - 16,085 = 22.231g
25
= 0,88924
·
Gram ml-1
|
( b – d + x + a )
= 1,5 .
0,88924
(
22.231 - 39,037 + 1,5 + 16,085 )
=
1,33386
0,779
=
1,7123 gram ml-1
2. Acetosal
·
ρ
= 38,410 - 16,078 = 22.332g
25
= 0,89328
·
Gram ml-1
|
( b – d + x + a )
= 1,5 . 0,89328
(
22.332 - 39,018 + 1,5 + 16,085 )
=
1,33992
0,899
=
1,490 gram ml-1
BAB VI
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar